[Drabble Collection] I Love You

Collection Drabble from Yura Lin

Main Cast:

EXO Luhan – SNSD Jessica

Previous: Almost Have You

The FirstThe SecondThe Finale

Note: Adakah kalian yang ingat dengan ff Almost Have You? Nah ini adalah sequelnya berupa kumpulan drabble. Berbeda dengan Almost Have You yang ceritanya sedih, ini lebih ke fluff. Sekalian buat percobaan apakah aku bisa buat ff yang fluff maksimal atau engga XD

Credit Pic: Mbah Google

~ Jealous ~

Luhan mengerutkan keningnya bingung. Tidak biasanya rumah begitu sepi saat dia sampai di rumah. Tiada sosok Sooyeon yang menyambutnya. Biasanya, walaupun Sooyeon senang mengunjungi rumah keluarga dan temannya, istrinya selalu pulang sebelum ia pulang.

Suara khas istrinya mulai terdengar saat ia berada di depan pintu kamar mereka. Sooyeon berkeras hati untuk tetap menggunakan kamarnya dan membiarkan kamar Luhan kosong untuk ditempati oleh Yuri jika gadis itu datang.

“Sooyeon-ah,” panggilnya ketika melihat wanita tercinta sedang duduk di meja rias sambil menelepon seseorang. Namun sang istri hanya menanggapinya dengan senyum dan lambaian tangan lalu kembali heboh dengan orang yang ia telepon.

Luhan menghela napas panjang. Untuk kali ini, dia melepaskan beberapa barang yang melekat di tubuhnya tanpa bantuan sang istri. Dia mendelik saat mendengar pekikan Sooyeon dan nama Taeyeon pun disebut. Jika sudah seperti itu, Luhan tahu siapa yang menjadi topik pembicaraan mereka.

“Mereka berdua seksi sekali! Keringatnya malah semakin membuat mereka seksi! Ah.. ya. Iya. Haha..” Sooyeon tertawa.

Huh, seksi apanya? Aku lebih baik daripada Yunho dan Changmin, gerutu Luhan.

Sooyeon mengerucutkan bibirnya. “Huh, Luhan tidak membiarkanku pergi ke konser mereka. Ya, dia memang jahat.”

Luhan yang sedang mengambil baju rumahnya itu mendelik kesal. Sooyeon menjulurkan lidahnya kepada Luhan lalu fokus pada perkataan Taeyeon. Sepertinya sang suster yang pernah menjaga ibunya Luhan saat beliau masih koma itu sedang membicarakan sesuatu yang penting.

Jeongmal?! Hua, andaikan aku yang menjadi Yunho oppa kasihan sekali. Apa dia baik-baik saja?” cemas Sooyeon.

Oppa

Luhan menggertakkan giginya. Berani-beraninya Sooyeon memberikan perhatiannya kepada pria lain di depan suaminya sendiri. Wanita itu benar-benar mencari masalah dengannya. Diletakkannya pakaian yang sudah ia ambil tadi di atas kasur. Kakinya melangkah menuju sang istri perlahan.

Sooyeon bingung saat menyadari suaminya sudah berdiri di depannya, tapi dia tidak mempedulikannya. Ia mendesah ketika Luhan melingkarkan tangan di pinggangnya.

“Ada apa?” tanya Sooyeon.

Luhan tersenyum. Akhirnya Sooyeon memperhatikannya. Namun itu tidak berlangsung lama karena sesuatu yang dikatakan oleh Taeyeon kembali menarik perhatian Sooyeon, membuat Luhan cemberut lagi.

Luhan mencium pipi istrinya. Ketika istrinya tetap tidak memberikannya perhatian, ia melanjutkan aksinya. Menyadari Sooyeon tidak akan terbuai dengan aksinya itu, bibir Luhan berpindah ke bibir Sooyeon. Sepertinya itu berhasil karena kini Sooyeon kembali menatapnya. Luhan memiringkan kepalanya untuk memperdalam ciuman.

Terdengar suara Taeyeon yang memanggil Sooyeon berulang kali. Tangan Luhan meraih handphone Jessica. Setelah merasakan benda itu sudah berada di tangannya, Luhan menjauh dan memutuskan hubungan telepon. Di belakangnya, Sooyeon berteriak protes. Pria itu menyeringai lebar sambil melempar benda tipis di tangannya ke kasur lalu mengambil handuknya.

“Dasar pengganggu!” gerutu Sooyeon saat Luhan hendak masuk ke kamar mandi.

Luhan berbalik badan. “Apa yang kau katakan tadi, Nyonya Xi?”

“Pengganggu! Aku dan Taeyeon sedang asik membicarakan konser HoMin kemarin, tahu!”

“Huh, untuk apa membicarakan mereka? Memang apa yang bagus tentang mereka berdua? Aku jauh lebih baik dari mereka.”

“Dasar besar kepala!”

“Ya, tentu saja aku lebih baik! Kalau mereka lebih baik, kenapa kau tidak menikah dengan mereka saja?”

Sooyeon mengerjap lalu tersenyum lebar. Butuh waktu untuknya agar mengerti dengan keadaannya.

“Kau cemburu?” goda Sooyeon sambil memainkan alisnya.

Luhan mendesis. “Sudah ku bilang, aku lebih baik daripada mereka. Untuk apa aku cemburu dengan seseorang yang bahkan tidak lebih baik dariku?”

“Xi Luhan cemburu~ Xi Luhan cemburu~ Xi Luhan cemburu~ Xi Luhan cemburu~” senandung Sooyeon sambil menggerakkan tangannya girang.

Luhan mendengus kesal sambil masuk ke dalam kamar mandi. “Terserah!”

***

~ Home Sweet Home ~

Hari Minggu adalah hari kesukaan Sooyeon karena Luhan bersama dengannya dari sejak ia bangun sampai kembali tidur. Handphone Luhan pun dimatikan agar tidak ada telepon tentang kantor yang mengganggu waktu mereka berdua. Sayangnya, jika handphone Luhan dimatikan, maka beberapa telepon penting dari ayahnya akan masuk ke handphone Sooyeon. Seperti sekarang.

Sooyeon merengut setelah mendapatkan telepon dari ayahnya. Telepon dari ayahnya tentang Luhan tidak banyak yang bagus. Menyebalkan sekali. Suaminya tersenyum geli melihat wajah kesalnya.

“Apa kata papi tadi?” tanya Luhan.

“Tadi teman papi menawarkan tanah kepadanya dengan harga murah. Tanahnya lumayan luas. Beliau berpikir tanah itu cocok untuk kita membangun rumah yang lebih besar. Kita membutuhkan rumah yang besar untuk beberapa hal penting. Salah satunya jika beberapa dewan eksekutif perusahaan datang ke rumah kita. Bagaimana pun, kau adalah yang akan mengurus semua saham papi saat papi pensiun nanti,” jawab Sooyeon panjang-lebar.

“Apa kita benar-benar perlu? Lagipula kalau ada pesta, mami pasti memaksa kita untuk mengadakannya di rumah orangtuamu, ‘kan?”

Sooyeon menepuk tangannya dengan ekspresi sangat serius. “Itu yang ku katakan.” Seketika wajah Sooyeon berubah menjadi lesu. “Tapi papi tetap mengharapkan kita bisa mengadakannya di rumah kita sendiri. Katanya, suatu hari nanti beberapa pemegang saham lainnya penasaran dengan rumah kita. Kalau mereka tahu rumah kita sekecil ini, bukankah itu memalukan?”

Luhan tersenyum karena menahan tawa melihat ekspresi istrinya yang berubah-ubah. “Kau pikir begitu?”

Sooyeon menghela napas lemah. “Aku tidak tahu. Apa mungkin papi benar? Lagipula sepertinya kita memang perlu rumah yang besar untuk anak-anak kita.” Kini mata Sooyeon berbinar-binar. “Rumah ini hanya mempunyai 2 kamar. Sepertinya itu tidak cukup untuk kita dan anak-anak kita. Kita memang butuh rumah yang lebih besar. Rumah itu setidaknya punya 1 ruang tamu, 5 kamar, 2-3 kamar mandi, 1 ruang keluarga, 1 dapur sekaligus ruang makan dan halaman yang luas untuk anak-anak kita bermain. Bagaimana?”

Luhan menggigit bibirnya akibat tawanya yang semakin sulit untuk ditahan. “5 kamar? Bukankah itu terlalu banyak?”

“Aku ingin mempunyai 2 anak. Jadi kita membutuhkan 2 kamar anak. Ditambah kamar untuk kita, total menjadi 3 kamar.”

“2 lagi?”

“1 kamar tamu yang mungkin bisa ku gunakan jika aku sedang tidak mau tidur denganmu.”

Luhan mengangkat alisnya. “1 kamar lagi? Kamar tamu juga? Atau kamar untuk hantu?”

Jessica mendesis seraya memukul bahu Luhan kesal. “Tentu saja bukan!”

“Lalu?”

“Kamar untuk Yuri. Kamar untuk Yuri harus kamar yang paling jauh dari kamar kita!”

Akhirnya pertahanan Luhan pun hancur. Dia tertawa geli mendengarnya, membuat Sooyeon semakin kesal.

“Ugh, kenapa kau tertawa? Memang ada yang lucu? Bukankah aku benar? Itu lebih nyaman, ‘kan?” protes Sooyeon.

Luhan menarik napas dalam setelah puas tertawa kemudian mengangkat bahunya. Sooyeon menatapnya penuh tanya.

“Menurutku rumah yang nyaman adalah rumah yang kutempat bersamamu. Itu sudah cukup,” ujar Luhan sambil tersenyum hangat.

***

~ It’s Okay, Baby ~

Luhan pulang lebih cepat hari itu. Rumahnya begitu sepi. Dia mencari ke setiap ruangan pun wanita itu tidak ada. Hal ini mengingatkannya dengan ketika Sooyeon kabur ke rumah orangtuanya begitu saja saat hubungan mereka belum sebaik sekarang. Walaupun hal itu sepertinya tidak mungkin terjadi lagi, tetap saja ia ketakutan.

Luhan sudah menelepon Sooyeon tapi tidak diangkat. Dia juga mencoba menelepon ibunya, Sooyoung dan Taeyeon tapi tidak ada satu pun yang tahu keberadaan Sooyeon. Dia kembali menelepon Sooyeon. Untung saja kali ini diangkat.

“Dimana kamu sekarang?” tanya Luhan tanpa basa-basi.

Sooyeon terdiam sejenak sebelum menjawabnya pelan, “Di taman.”

“Taman mana?”

“Taman dekat rumah umma. Setelah dari rumah umma, aku ingin bermain di taman ini dahulu.”

“Tunggu aku di sana!”

“Eh tapi—“

Luhan segera memutuskan telepon dan berlari menuju tempat Sooyeon berada sekarang. Taman itu berada sekitar 3 blok dari rumahnya. Cukup menghabiskan tenaganya. Dia berlari sekuat tenaga hingga menarik perhatian para tetangganya.

Luhan menghela napas panjang. Dia merasa lega setelah melihat sosok yang ia cari sedang duduk di salah satu ayunan. Wanita itu asik memperhatikan anak-anak bermain sehingga tidak menyadari kehadiran sang suami yang berdiri tepat di belakangnya. Luhan berlutut kemudian memeluk Sooyeon dari belakang, kepalanya bersandar pada punggung istrinya. Sooyeon memekik kaget.

“Aku memiliki sebuah kebiasaan,” gumam Luhan.

Mendengar suara Luhan, Sooyeon tersenyum tipis. Ia menyentuh kedua tangan yang melingkari pinggangnya.

“Kebiasaanku adalah melihat wanita cantik menyambutku saat aku pulang, menatap wanita yang menyapaku dengan senyumannya saat aku masuk rumah. Aku takut jika aku tidak melakukan kebiasaanku,” lanjut Luhan. “Jangan membuatku takut, Sooyeon-ah.”

“Aku tidak akan meninggalkanmu. Untuk apa takut?” tanggap Sooyeon.

“Karena aku tidak bisa menemukanmu, aku takut kau meninggalkanku. Kau sudah pernah meninggalkanku dan aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi lagi sampai kapanpun. Jadi ku mohon, bantu aku untuk melaksanakan kebiasaanku itu setiap hari.”

Sooyeon menjilat bibirnya. “Baiklah. Asal…”

“Asal?”

“…asal kau menggendongku sampai rumah!” seru Sooyeon.

Luhan terkekeh mendengarnya. Dia bangkit, membersihkan tanah di lututnya dan jongkok di depan Sooyeon. Istri bersorak girang sembari naik ke punggung Luhan.

“Luhan,” gumam Sooyeon hampir berbisik.

Luhan membalasnya dengan gumaman. “Hm?”

“Apa kau juga ingin mempunyai anak?”

“Tentu saja. Kenapa bertanya seperti itu?” balas Luhan.

Sooyeon mengubur wajahnya di tengkuk Luhan. “Aku juga. Tapi kenapa aku belum juga hamil? Apa aku belum pantas menjadi seorang ibu? Apa ada kelainan di dalam diriku? Apa—“

“Hentikan!” bentak Luhan. “Kau pantas menjadi seorang ibu. Kau tidak punya kelainan. Kau sehat. Bukankah kau sudah pernah melakukan pemeriksaan?”

“Tapi kenapa?”

Apa hal ini yang ia pikirkan saat memperhatikan anak-anak di taman tadi?, pikir Luhan.

Luhan menghela napas panjang. “Jika saatnya sudah tepat, pasti hal itu terjadi. Kita hanya perlu menunggu.”

Dia cemberut ketika Sooyeon menjawabnya hanya dengan gumaman. “Yah, jangan sedih seperti itu. Bukannya aku menggendongmu sekarang?”

Sooyeon tidak menjawab.

“Kita hanya belum beruntung. Bagaimana kalau kita mencoba keberuntungan kita saat sampai rumah nanti?” goda Luhan sambil menepuk bokong istrinya.

Sooyeon menoyor kepala Luhan. “Huh, dasar mesum!”

53 thoughts on “[Drabble Collection] I Love You

  1. gini dong far, kan ceritanya berlanjut.

    Bahasamu selalu bagus pas dan juga hampir sempurnya…

    Ah aku butuh Lanjutan FF ini far, bagus banget

  2. bolehh ya langsung komen di sini stelah baca yang previousnya 🙂
    suka sama crita kamu yang luhan jessica deh,mengena,haha
    apalagi calling out,gak pingin di lanjut yaa?haha
    jangan bosen bikin luhan jessica yaa,fighting !!

  3. Nanonano bacanyaa dari pertama Seneng banget rasanya ‘ hahaaa mulai sekarang jangan kebanyakan ff sad ending ya thor *maksa dikit #plak ‘biar seruu ff selanjutnya semangattt !!!! Salammanis

Leave a reply to Yura Lin Cancel reply