FF Freelance : You [Chapter 1]

Title          :       You [Chapter 1]

Author       :       Nizah Putri (zahilangels)

Main Cast   :       Jessica Jung – Xi Luhan – Kim Jongin

Other Cast  :       Krystal Jung

Jung Parents

Oh Sehun

Genre        :       Comedy, Romance. (Chapter)

Rating        :       PG-15

Lenght       :       2.000+

Disclaimer  :       I just own the plot and the imagination based on my friend’s experince.

Summary   :       Jika eyeliner adalah pelindung kelopak mata, maka kau adalah pelindungku darinya.

 

— You —

You’ve planted seeds of hope in my heart,

And my love for you has grown into a beautiful garden,

Although I knew this is wrong, Kim Jongin.

— You —

 Xi Lu Han –atau biasa dipanggil Luhan– berlari-lari men-dribble bola basket di tangannya, dan melemparkan bola tersebut tepat ke ring lawan. Dan.. Masuk. Three point.

Shoot yang hebat!” Seru Jongin pada sahabat terbaiknya itu.

“Tentu saja, semua kan berkat kau yang ada disampingku, mengajariku bermain basket.” Sambut Luhan setelah menghabiskan setengah botol isotonik miliknya.

“Luhan, bagaimana jika kita bermain basket di halaman belakang Lee Ahjumma? Kudengar, halaman belakang rumahnya sangatlah luas.” Ujar Jongin menepuk pundak Luhan pelan.

“Boleh juga. Kebetulan aku sudah mulai bosan main di sini.”

Jongin mengangguk tersenyum senang, “Oh ya. Lapangan ini juga mulai dipenuhi anak-anak kecil bermain, ya. Aku jadi senang melihatnya.”

Luhan menoleh ke arah kumpulan anak-anak lelaki yang tengah berkerubung memperebutkan bola, ia tersenyum, “Ya, kau benar. Jadi tidak leluasa bermain basket disini, aku pun tak tega kalau mengusir mereka.”

“Memangnya kau ada niatan mau mengusir mereka, Lu?” Jongin mendelik pada sahabatnya itu.

“Tentu saja tidak. Kau kan tahu keinginan terbesarku adalah menjadi seorang ayah yang baik.” Ucap Luhan bangga. ‘Dan sayangnya bagaimana aku bisa menjadi seorang ayah dan memiliki anak jika aku…’ lanjutnya di dalam hati.

“Selalu saja membanggakan diri sendiri.” Cibir Jongin, Luhan terkekeh pelan, ia memukul pinggang Jongin ketika ia merasakan botol air Jongin mengenai kepalanya.

“Sudah, aku lelah hari ini.” Ujar Jongin seraya bangkit dari duduk mereka.

Luhan dan Jongin melangkah gontai pergi dari tempat itu sambil memasang tas ransel di punggung mereka masing-masing. Kebetulan saat itu bagian Jongin yang menyetir mobil. Toh perjanjiannya memang kali itu, Jongin yang harus membawa kendaraan untuk mereka berolahraga sore.

Keadaan sempat hening ketika mereka di mobil. Luhan yang tidak betah merasa risih, ia sudah terbiasa berbicara banyak pada sahabatnya ini. Tetapi, entah mengapa kelihatannya Jongin sedang kelelahan. Jadi ia memilih untuk mencari bahan pembicaraan yang ringan-ringan saja.

“Bagaimana hubunganmu dengan Krystal?” Tanya Luhan.

“Sama seperti hari kemarin, semuanya baik-baik saja. Dan kuharap baik-baik saja. Kau tahu kan, seberapa manja Krystal itu? Lagipula, kau sendiri kapan akan memperkenalkan kekasihmu? Sudah lebih dari dua tahun ini aku tidak melihatmu berhubungan dengan satu orang gadis pun.” Ejek Jongin.

“Liat saja nanti. Aku akan memperkenalkan seorang gadis tercantik untuk membuatmu cemburu.” Sahut Luhan ketus.

“Baiklah. Aku akan menunggu sampai saat itu tiba.” Jongin tertawa renyah, Luhan malah memilih diam. Ia merasa pilihannya menanyakan soal Krystal, adalah salah besar.

Luhan  terdiam sejenak, ia memandangi wajah sahabatnya itu dari samping. Ia lekas menarik napas dalam-dalam kemudian beralih menatap jalanan Seoul sore itu.

 

— You —

 

Bayangan kaki yang panjang melangkah di tepian jalan, terlihat juga 2 buah koper yang tengah ditariknya. Jessica Jung, seorang putri sulung Jung Corp. Jung Corp merupakan perusahaan susu terbesar di Seoul. Tuan Jung dan Nyonya Jung tinggal di California, akan tetapi karena kebutuhan bisnis, mereka pindah dan mengurus pusat perusahaan mereka di Seoul dengan tangan mereka sendiri. Mereka tidak melarang Jessica untuk tinggal di apartemet atau tinggal bersama mereka. Sebenarnya, kedua orang tua Jessica sudah membelikan apartement di wilayah Gangnam untuknya, tetapi Jessica bersikeras untuk menempati apartement yang biasa saja. Karena ia tahu, wilayah Gangnam termasuk wilayah orang elite. Berhubung lebih dekat juga dari kampus.

Ia kembali memperhatikan alamat apartment barunya. Ia tampak kesal karena motor –yang ia beli dengan uang tabungan sendiri– mogok ditengah jalan. Terpaksa ia harus menuntun motornya sampai ke apartement. Ia buru-buru memasuki lift ketika ia sampai di dalam pekarangan apartement barunya itu.

Tiba-tiba seorang laki-laki yang tampak lebih muda dibandingkan dirinya, berlari dari kejauhan mengejar pintu lift yang hampir tertutup. Dengan sekuat tenaga Ia berhasil berdiri di samping Jessica dan segera menekan tombol lantai 18. Ia tersenyum lembut ke arah Jessica yang sesekali memperhatikannya. Jessica menaikkan satu alisnya.

Orang ini benar-benar aneh. Ucap Jessica dalam hati.

Lift berjalan pelan menuju lantai selanjutnya. Kedua insan ini tetap terdiam dengan pemikiran mereka masing-masing

TING.

Luhan segera keluar sambil bersiul, memutar-mutar ponselnya yang diberi gantungan bergambar rusa  lucu, ia berjalan menuju apartmentnya. Di belakangnya Jessica sibuk menarik 2 buah koper –yang besar dan merepotkan– seakan-akan sedang mengikuti. Perlahan Luhan merasakan langkah kaki Jessica, tapi ia tak peduli. Ia hanya peduli pada badannya  yang bau dan lelah.

“Apartment No. 34.” Desis Jessica lalu menghentikan langkahnya dan mengeluarkan kertas yang bertuliskan sandi untuk membuka pintu apartment yang tertutup rapat itu.

TEET.

“Uh, kenapa bisa salah? Aku kan sudah memasukkan nomor dengan benar?” Gumam Jessica heran.

Gadis itu merengut, ia mencoba lagi. Tapi selalu gagal. Sampai pada akhirnya ia berteriak kesal.

“AH! Apa-apaan ini. Appa bilang sudah memberikan kode yang benar, masa  daritadi salah terus?” Omelnya.

Dari depan pintu apartment miliknya Luhan dengan seksama menatap Jessica sembari tertawa kecil. Ia merasa lucu dengan gadis itu, “Apa kau penghuni baru apartment sebelah?”

Jessica menoleh, ia menganggukkan kepalanya.

“Lalu ada masalah apa? Mungkin aku bisa membantu.” Luhan berjalan mendekat.

“Lihat, kode apartementku ini bermasalah! Padahal kata Appa ia diberikan oleh temannya kode ini.” Gerutu Jessica, bibirnya cemberut dengan kaki menghentak-hentak kesal.

Luhan terkekeh, “Jadi? Appa-mu membeli apartement ini dari temannya? Dan kodenya salah?”

“Bukan begitu. Apartement ini dibeli olehku, aku hanya meminta Appa untuk mencarikan saja, tapi ternyata… Argh! Aku sebal.” Pipi Jessica menggembung.

“Uhm. Kau tipe gadis yang periang sepertinya.” Gumam Luhan. Jessica menolengkan kepalanya.

“Apa katamu?”

“Ah, tidak. Kau benar-benar sudah mencoba segala cara untuk masuk ke apartementmu sendiri?” Tanya Luhan. Ia melirik sekilas kertas berisi kode sandi pada pintu apartement gadis disebelahnya.

“Tentu saja! Aku sudah memutar-mutar otakku sampai otakku memanas dan wajahku memerah. Aku hampir frustasi hanya karena 4 digit kata sandi pada pintu menyebalkan ini!” Maki Jessica. Luhan tertawa tanpa sadar, menurutnya gadis ini sangat mengasyikkan.

“Ada apa denganmu, tetangga baruku?” Jessica menyilangkan tangan di dadanya.

“Hm? Tetangga baru?”

“Ya! Kau kan tetangga baru di apartement baruku. Oh ya, benar juga. Kau kan sudah pasti tinggal lebih lama dari aku, benar kan?” Jessica menunjuk Luhan, sementara lelaki itu mengangguk seperti sapi, “kalau begitu kau tidak keberatan kan untuk memanggilkan petugas apartement ini? Kumohon!” pinta Jessica.

Luhan menghela nafas perlahan. Ia sungguh sudah lelah, hari ini ia habiskan untuk bermain basket dan berkumpul bersama… Jongin dan teman-teman. Dan menurutnya itu sudah sangat melelahkan. Ditambah harus turun ke lantai dasar untuk meminta tolong pada petugas membukakan pintu apartement seorang gadis yang baru saja dikenalnya ini? Oh, tidak. Katakan bahwa ini adalah sebuah khayalan.

“Aku sangat lelah… Eung–“

“Jessica. Namaku Jessica Jung, nama Korea-ku Jung Sooyeon. Tapi aku paling tidak suka dipanggil seperti itu, jadi kau bisa memanggilku Jessica saja. Lebih bagus dan tampak lebih elegan daripada Sooyeon.” Ucap Jessica.

“Ya ya. Jessica atau siapapun kau. Aku lelah hari ini. Sungguh.” Luhan tersenyum, mengharapkan gadis-yang-baru-ditemuinya-ini-mengerti.

“Ah ayolah, seorang lelaki tidak boleh meninggalkan wanita sendirian diluar apartement, eoh? Aku ingin masuk ke dalam!” Jessica merengek-rengek, Luhan melongo heran. Gadis ini memang terlalu apa adanya. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Aku juga mau membantumu, tapi untuk ke lantai dasar lagi aku tak sanggup berjalan, Jessica-ssi.”

“Aish, pelit. Namja pelit!” Jessica menjulurkan lidahnya, mengejek Luhan.

“Ya! Kau kurang ajar sekali pada penghuni lama disini.” Luhan menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal, ia juga tak tega meninggalkan wanita ini sendirian diluar sampai malam. Entah mengapa pikiran Luhan kosong, ia terlalu capek hingga tak bisa berpikir panjang.

“Begini saja, kau boleh menginap di apartement-ku. Ingat, hanya untuk malam ini. Besok pagi, kau akan kuantar ke tempat Paman Shin untuk meminta kode sandi pintu apartement-mu. Kau bisa tidur, aku juga. Bagaimana?” Tawar Luhan.

Jessica menatap Luhan dalam-dalam, ia memicingkan mata curiga.

“Ish, jangan berprasangka buruk padaku. Aku ini bukan om-om cabul! Lagipula aku juga terlalu lelah jika aku ingin menerkammu.” Ujar Luhan santai.

“Ya! Bagaimana kalau kau tiba-tiba mengigau dan aku diapa-apakan?” Ucap Jessica.

Luhan mendecak, “Kau mau atau tidak? Kalau tidak ya sudah, selamat bermalam diluar.”

Baru saja Luhan melangkah ke dalam, tangannya terhalau oleh sepasang tangan mungil yang menahannya, “Aku.. Gah, baiklah. Aku mau.”

 

—  You —

 

Jessica merenggangkan tubuhnya yang terasa pegal-pegal. Ya, akibat kejadian semalam, ia terpaksa harus menginap satu malam di apartement tetangganya. Untung saja orang itu baik, kalau tidak mungkin saja kini ia berada di luar apartement dan meringkuk kedinginan.

“Kau sudah bangun? Bagaimana tidurmu semalam?” Suara berat terdengar dari arah pintu kamar. Jessica menoleh dan tersenyum lebar.

“Sungguh nyaman. Ah iya, maafkan aku. Karena kehadiranku disini, kau jadi harus tidur di sofa.” Jessica menelungkupkan kedua tangan di depan wajahnya.

Luhan terkekeh geli, “Senang bisa membantumu Jessica-ssi.”

“Tidak usah menggunakan embel-embel ‘-ssi’, aku tidak suka mendengarnya.” Gerutu Jessica.

“Lalu aku harus memanggilmu apa? Gadis bermulut lebar?” Ledek Luhan.

“Ya! Bukan begitu, panggil aku Jessica saja.” Gadis itu melemparkan bantal terdekat pada Luhan.

“Omong-omong, namaku Xi Luhan, kau bisa memanggilku Luhan.” Kata Luhan memperkenalkan diri.

“Oh, namamu Luhan? Tidak seperti nama orang Korea pada umumnya.” Alis Jessica terangkat satu.

“Hahaha, memang bukan. Aku ini keturunan Cina, nona bermulut besar.”

“Berhenti mengataiku seperti itu, Luhan jelek!” Jessica menghela nafas kasar, “Kalau diterka-terka…, pasti umurmu dibawahku.” Ujar Jessica bak peramal.

Luhan memicingkan mata, “Kau sok tahu sekali.”

“Memangnya berapa umurmu?”

“Hmm. Tahun ini 24 tahun.” Jawab Luhan mengingat-ingat.

“Nah, benar kan? Jadi kau harus memanggilku noona. Karena kau lebih muda dariku setahun, Luhan.” Ucap Jessica sambil berdiri, berlalu dan menepuk-nepuk pundak Luhan.

“Kau tua, gadis mulut besar.” Ejek Luhan.

Jessica menginjak kaki kanan Luhan keras hingga lelaki itu berteriak, setelah itu terjadilah lari-larian seperti anak kecil berebut permen di dalam kamar apartement Luhan. Ya, di kamar apartement Luhan memang cukup luas, karena ia juga harus membagi tempat untuk beristirahatnya itu dengan peralatan kantor. Luhan memang seorang pengusaha, penerus perusahaan ayahnya. Karena Luhan anak tunggal, maka ia mau tak mau harus mengurus perusahaan itu semenjak ayahnya sudah tak sanggup lagi menjadi seorang direktur.

Meski begitu, Luhan memang termasuk lelaki yang bertanggung jawab, penuh semangat dan kreatif. Maka dari itu tak heran bila ia mendapat nilai sempurna dan lulus kuliah lebih cepat daripada teman-teman seumurannya.

Kembali pada Luhan dan Jessica, mereka terus saja kejar-kejaran, sampai Jessica tersandung bantal –yang tadi dilemparnya pada Luhan dan tergeletak di lantai– kemudian terjatuh tepat di atas kasur, dan Luhan langsung menggelitik gadis itu ketika ia merasa ada kesempatan balas dendam.

“Ya! Ya! Ya! Luhan, ampun. Tolong hentikan!” Pinta Jessica.

“Tidak mau.” Luhan mengabaikan permintaan Jessica dan terus saja menggelitikinya sampai ia puas. Hingga tiba-tiba ada sesosok lelaki yang mengamati mereka sambil tersenyum nakal.

“Ehm.” Suara dehaman membuat kedua insan itu terdiam dalam posisi Jessica terlentang di pinggir kasur sementara Luhan setengah duduk di atas Jessica, parahnya mereka tak sadar akan posisi ‘berbahaya’ mereka.

“Aku tak tahu kau memelihara seorang gadis disini.” Ujar lelaki itu terkekeh nakal. Luhan mendengus. Selalu begitu, tak sadarkah ia..? Ucap Luhan dalam hati.

“Bukan. Dia tetangga baruku, kami juga baru bertemu semalam. Aku hanya membantunya karena ia tak bisa masuk ke apartementnya sendiri.” Jawab Luhan dingin. Jessica yang menyadari perubahan sikap Luhan merasa heran.

“Oh begitu. Aku hanya heran, orang seperti kau yang sudah 2 tahun tidak menggangdeng seorang gadis satupun, tahu-tahu berada di dalam satu kamar dan sedang dalam posisi… ‘berbahaya’, dan kau.. Siapa namamu, nona?” Tanya Jongin.

“Jessica.” Jawab Jessica datar.

“Wow, sungguh dingin, Jessica-ssi. Kau tahu? Luhan itu tak pernah menggandeng gadis lagi sejak 2 tahun lalu. Kau juga tampak dekat dengan Luhan, nona. Dan kau, Lu, apakah kau termakan kata-kataku kemarin itu?” Ledek Jongin, ia hanya bercanda. Tapi di lain pihak, Luhan merasa ulu hatinya berdenyut, rasanya ia ingin mengeluarkan air mata, tapi ia tahu itu tak mungkin ia lakukan sekarang.

“Jongin, lebih baik kau mengetuk pintu sebelum masuk ke apartement orang. Kau bisa merusak suasana tahu.” Gerutu Luhan setelah menormalkan diri.

Jessica mengernyit, “Apa? Untung saja dia masuk, kalau tidak aku mungkin akan putus asa kau kelitiki seperti itu!” Teriak Jessica.

“Kau… Mengapa aku tak yakin kalau kalian baru bertemu? Kalian nampak sejalan dan serasi sekali. Bukan seperti orang asing.” Dahi Jongin mengerut, ia menatap Luhan meminta penjelasan.

“Sudahlah itu tak penting, sekarang apa tujuanmu mau kemari? Dan bagaimana kau bisa masuk ke apartementku bahkan sampai ke dalam kamar pribadiku?” Tanya Luhan to the point.

“Tentu saja bisa, aku kan tahu kode sandi pintumu itu, lagipula aku kesini hanya ingin memberikan ini.” Jongin menyerahkan sebuah kartu undangan lucu, yang terdapat pita-pita berwarna krem disana, “Kau harus datang pekan depan, Luhan!”

Luhan terbelalak. Ia menatap kartu di tangannya tak percaya, matanya kian memanas. Ia nyaris meremas kartu itu kalau saja ia tak ingat bahwa disana ada Jongin dan Jessica. Tidak seperti Jongin, Jessica sadar bahwa ada sesuatu pada Luhan. Tapi ia diam saja, toh ia belum mengenal Luhan lama. Mungkin prakiraannya salah.

“Kau bertunangan, Jongin?” Tanya Luhan, ia berusaha sekuat tenaga mengontrol suaranya agar tak parau. Ia tak mau sahabatnya yang sangat ia cintai itu merasakan kejanggalan. Cinta? Entahlah.

“Yap, dan kau harus datang. Kau sahabatku, Lu. Kalau bisa sih bawa sekalian saja Jessica ini.” Tawar Jongin, “ah aku harus pergi, kekasihku menunggu dibawah. Kutunggu kehadiranmu, Lu!” Pamit Jongin, kemudian lelaki itu berlalu. Dan ruangan menjadi hening.

“Ehm. Lu..?” Jessica memanggil Luhan yang terduduk di sampingnya sambil terus meremas ujung seprai. Lelaki itu tak menjawab, pandangannya kosong. Ia tak tahu harus apa. Luhan hanya tahu Jongin sudah memiliki kekasih, Krystal. Tapi ia sama sekali tak tahu rencana pertunangan Jongin dengan Krystal. Bukan masalah sebenarnya, tapi itu jika Luhan benar-benar merasa rela. Akan tetapi, lelaki berwajah kanak-kanak ini sangatlah tak rela.

“Luhan?” Sekali lagi Jessica memanggil lelaki itu.

“Ya?” Suara serak Luhan kini terdengar, tak terasa air mata-nya mengalir.

“Mungkin… Mungkin aku tak tahu apa-apa, karena kita pun baru kenal semalam. Ta–tapi, bisakah kau jelaskan apa yang terjadi? Eung, itu juga jika kau tidak keberatan.” Ucap Jessica.

Luhan terdiam, ia masih sibuk dengan pemikirannya sendiri. Jessica melirik ke arah kartu undangan yang dipegang Luhan. Matanya terbelalak, ia merebut kartu itu dari tangan Luhan, membuat lelaki itu terkejut dengan perbuatan Jessica yang secara tiba-tiba itu.

PERTUNANGAN

KIM JONG IN

&

JUNG SOO JUNG

 

“Krystal Jung?!” Pekik Jessica, mulutnya menganga lebar.

Luhan menoleh, ia melirik Jessica terheran, “Ada apa dengannya? Kenapa kau bisa tahu nama lain Soojung?”

“Dia kan….” Ucapan Jessica terputus saat mengetahui nama Jongin tertera disana.

Jessica menahan nafas, dia menatap dalam kedua mata Luhan yang menatapnya heran. Ia menemukan benang merah, mengapa sikap Luhan begitu dingin tadi….

 

— You —

 

Luhan menghela nafas panjang. Ia melirik Jessica yang terdiam disebelahnya.

“Kau yakin dengan semua itu?”

“Tentu. Aku seorang wanita, lebih peka daripada lelaki.” Bela Jessica.

“Tidak ada hubungannya dengan itu, bodoh!”

“Ada.

43 thoughts on “FF Freelance : You [Chapter 1]

  1. waaah serru deh crita.ny… apa bsok kai bakal suka sama sica thor?? dn knpa luhan kyk sdih gtu tau kai mau tunangan… apa disitu luhan kyk suka sma kai??? ahh omo…

Leave a comment